Thursday, October 31, 2013

Ogoh-ogoh dari bali

budaya bali
ogoh-ogoh buta kala
Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kalamerepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Sehari sebelum perayaan hari raya nyepi, dimana kuta bali akan menjadi sunyi sepi tanpa kebisingan seperti hari-hari biasanya, masyarakat bali akan di sibukkan dengan acara pawai mengarak ogoh-ogoh oleh seluruh masyarakat bali. acara ini juga di ikuti oleh para wisatawan-wisatawan yang datang ke kuta bali untuk menyaksikan budaya bali yang unik ini. Ogoh-ogoh dimaknai sebagai perwujudan buta kala yang diarak keliling lingkukan dan kemudian dibakar.
Tujuan pembakaran ogoh-ogoh di berbagai banjar ini sama, yaitu mengusir buta kala sebagai simbol dari keburukan dari lingkungan sekitar. Nah, menjelang acara kita bisa melihat ogoh-ogoh ini dan aneka persiapannya.
Ada ogoh-ogoh berbentuk raksasa menyeramkan. Ogoh-ogoh ini dibuat dengan detil yang
bagus. Anak-anak remaja ikut berpawai ramai-ramai dengan ogoh-ogoh ini. Pawai ogoh-ogoh dilakukan bahkan sampai malam datang.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.
Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti:naga, gajah, garuda, Widyadari, bahkan dewa. Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.
Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia

No comments:

Post a Comment